Archive for November 2013

Antivirus

Kamis, 21 November 2013
Posted by Unknown
. ANTIVIRUS

A. DEFINISI

Antivirus adalah sebuah jenis perangkat lunak yang digunakan untuk mendeteksi danmenghapus virus komputer dari sistem komputer. Disebut juga Virus ProtectionSoftware. Aplikasi ini dapat menentukan apakah sebuah sistem komputer telahterinfeksi dengan sebuah virus atau tidak. Umumnya, perangkat lunak ini berjalan dilatar belakang (background) dan melakukan pemindaian terhadap semua berkas yangdiakses (dibuka, dimodifikasi, atau ketika disimpan).Yang dimaksud dengan perangkat lunak atau software antivirusadalah sebuah jenisperangkat lunak yang digunakan untuk mendeteksi virus yang ada pada komputerlalu kemudian menghapus virus yang ada pada sistem komputer. Perangkat lunakantivirus disebut juga virus protection software. Dengan perangkat lunak ini kitadapat mengetahui apakah sebuah sistem komputer terkena sebuah virus atau tidak.Pada umumnya, perangkat lunak ini berjalan pada latar belakang atau backgrounddan juga melakukan pemindaian terhadap semua berkas yang diakses.

CARA KERJA ANTIVIRUS

Sebagian besar antivirus bekerja dengan beberapa teknik seperti di bawahini:
• Teknik Pertama : Pendeteksian dengan menggunakan basis data virussignatureatau istilah lainnya adalah virus signature database: Cara kerja antivirus inimerupakan pendekatan yang banyak digunakan oleh jenis antivirus tradisional, yangmencari tanda-tanda dari keberadaan suatu virus pada komputer denganmenggunakan sebagian kecil dari kode virus yang telah dianalisis oleh penciptaantivirus, dan telah dikatalogisasi sesuai dengan jenisnya, ukurannya, kemampuanpengapusan virus dan juga beberapa kategori yang lain. dengan cara ini perangkatlunak antivirus dapat dikatakan cepat dan dapat diandalkan untuk mendeteksikeberadaan virus-virus yang telah dianalisa oleh pembuat antivirus, tapi caratradisional ini tidak dapat mendeteksi virus yang baru hingga nanti basis data virussignature yang baru diinstalasikan ke dalam sistem.
• Teknik Kedua : Pendeteksian dengan cara melihat bagaimana virus itu bekerja :Cara kerja antivirus seperti ini merupakan pendekatan yang baru yang dipinjam dariteknologi yang diterapkan dalam Intrusion DetectionSystem. Cara ini seringdinamakan juga sebagai Behavior – blocking detection. Cara ini memakai kebijakanyang harus diterapkan untuk mendeteksi keberadaan sebuah virus. Jika terdapattanda-tanda pada perangkat lunak yang “tidak wajar” menurut kebijakan yangditerapkan, contohnya adalah sebuah perangkat lunak yang mencoba melakukanpengaksesan address book atau buku alamat untuk mengirimkan e-mail secaramassal kepada alamat email yang berada di dalam address book tersebut (hal inisering dipakai oleh virus untuk menularkan virus dari satu ke komputer ke komputer lain melalui akses internet dengan fasilitas email), dengan mengetahui cara kerjavirus tersebut maka antivirus akan menghentikan proses yang dilakukan olehperangkat lunak yang bergerak tidak wajar akibat virus tersebut. 

Perangkat lunakAntivirus juga bisa mengisolasi kode-kode yang dicurigai sebagai virus hinggaadministrator menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Keuntungan denganmenggunakan cara ini ialah antivirus dapat mendeteksi keberadaan virus-virus baruyang belum dikenali oleh basis data virus signature. Kekurangannya, cukup jelaskarena antivirus model seperti ini berkerja dengan cara memantau cara kerjaperangkat lunak secara keseluruhan bukan memantau data, jadi seringnya antivirusmembuat alarm palsu {jika konfigurasi antivirus terlalu „keras‟}, atau bahkanmengizinkan virus untuk berkembangbiak dan menyebar di dalam sistem {ikakonfigurasi antivirus terlalu “lunak}.Saat ini perangkat lunak antivirus yang menggunakan teknik kedua atau Behavior –blockingdetection masih sedikit. Tapi nanti suatu saat di masa mendatangkemungkinan besar akan menggunakan teknik ini, atau menggunakan dua teknikdalam satu pake software antivirus.

B. SEJARAH

Sejarah Perkembangan AntivirusSedangkan sejarah perkembangan program antivirus dibagi dalam beberapa generasi,yakni sebagai berikut :• Generasi pertama Berupa scanner sederhana, antivirus menscan program untuk menemukan tanda-tanda keberadaan signature virus. Teknis ini terbatas hanya untuk mendeteksi virus-virus yang telah dikenal.• Generasi keduaBerupa “scanner yang pintar” (heuristic scanner). Antivirus menggunakan aturan-aturan pintar (heuristic rules) untuk mencari kemungkinan infeksi virus.• Generasi ketigaAntivirus bekerja berupa jebakan-jebakan aktivitas (activity trap). Program antivirusini merupakan program yang menetap di memori (memory resident program).Program ini mengidentifikasi virus melalui aksi- aksinya bukan dari struktur programyang diinfeksi.• Generasi keempatAntivirus berupa proteksi penuh (full featured protection). Antivirus generasi inimenggunakan beragam teknik antivirus secara bersamaan. Teknik-teknik ini meliputiscanning dan jebakan-jebakan aktivitas.Beberapa anti virus gratis yang menjadi referensi untuk memusnahkan virus-virusdiatas diantaranya adalah PC Mav, Ansav, Free AVG, Kaspersky, Avira, Smadavdan masih banyak lagi. Anti virus tersebut memiliki kekurangan dan kelebihanmasing-masing, oleh karena itu para pengguna computer diharapkan semakin cerdasdan bijak dalam mengaplikasikan komputer dengan mengiukuti terus perkembangan.


PENDAHULUAN

Kerja masyarakat (“community work”) sebuah profesi, sebagian melihat sebagai satu aspek dari suatu profesi atau pekerjaan lain seperti kerja sosial atau kerja kaum muda, sebagian melihatnya sebagai anti profesional; sebagian melihatnya sebagai masyarakat yang berkumpul untuk meningkatkan lingkungan pertetanggaan mereka; sebagian melihatnya dalam arti yang lebih ambisius seperti memperbaiki ketidak adilan sosial dan mencoba membuat dunia menjadi tenpat yang lebih baik (Kenny, 1999).
Istilah – istilah kerja masyarakat, pengembangan masyarakat, pengorganisasian masyarakat, aksi masyarakat, praktik masyarakat, dan perubahan masyarakat biasa digunakan, sering kali saling dipertukarkan, dan walaupun banyak yang mengklaim bahwa terdapat perbedaan – perbedaan yang penting antara sebagian atau semua istilah tersebut, tidak ada kesepakatan dalam apa perbedaan – perbedaan itu, dan tidak ada consensus tentang berbagai  perbedaan makna yang diimplikasikan oleh setiap istilah tersebut.
Penyebab utama dari banyak kebingungan, dan ketidakcukupan yang tampak dari apa yang diterima sebagai teori kerja masyarakat, adalah bahwa kerja masyarakat tidak di tempatkan selayaknya dalam kontek sosial dan politiknya, atau dikaitkan pada suatu visi sosial yang diartikulasikan dengan jelas, dengan suatu cara yang analisisnya berhubungan dengan aksi dan praktik ‘kehidupan nyata.
Istilah yang belakangan ini dipandang sebagai proses pembentukan, pembentukan kembali, struktur – strukrur masyarakat manusia yang memungkinkan berbagai cara baru dalam mengaitkan dan mengorganisasi kehidupan sosial serta pemenuhan kebutuhan manusia. Dalam konteks ini, kerja masyarakat dilihat sebagai kegiatan, atau praktik dari seseorang yang berusaha memfasilitasi proses pengembangan masyarakat tersebut, baik dengan cara orang itu dibayar maupun tidak dalam melakukan peran tersebut.
  

















PEMBAHASAN
A.    Krisis Dalam Negara Kesejahteraan.
Sejak awal tahun 1980an telah terdapat kesepakatan substansial diantara para penulis kebijakan sosial bahwa Negara kesejahteraan telah memasuki suatu periode krisis, Negara kesejahteraan  dalam masyarakat barat sudah tidak sanggup memberikan semua janji – janji pada masa consensus yang optimis paska perang.
Krisis legitimasi Negara kesejahteraan sebagian disebabkan oleh krisis sumber daya / fiscal (O’Connor, 1973), perlambatan pertumbuhan ekonomi memberi beban yang jauh lebih besar kepada pemerintah – pemerintah, dan pada saat yang sama meningkatkan permintaan public akan layanan – layanan Negara kesejahteraan melalui tingkat – tingkat pengangguran dan kemiskinan yang lebih tinggi.
Pengaruh krisis dalam Negara kesejahteraan jelas terlihat pada level pemberian layanan, pemotongan layanan – layanan public yang terus terjadi, pengurangan mutu layanan yang disebabkan oleh para pekerja yang terlalu terbebani untuk melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit sumber daya, daftar tunggu, dan periode tunggu yang lebih panjang, kurangnya akses kepada layanan kesehatan, penurunan sistem pendidikan public, moral staf yang rendah, kepenuhsesakan, dan perasaan kurangnya percaya diri yang umum dalam memenuhi kapasitas sistem public.
1.      Tanggapan Terhadap Krisis.
a.       Mempertahankan dan membangun kembali Negara kesejahteraan.
Tanggapan ini mendesak untuk menekankan kembali nilai – nilai demokrasi sosial dan kolektivis yang pernah mendukung pengembangan Negara kesejahteraan pada era paska perang, dan berupaya untuk membangun kembali visi sistem yang lebih adil, berdasarkan atas prinsip – prinsip kemanusiaan, kesetaraan, redistribusi progresif, mengayomi dan keadilan sosial, yang provisi layanan – layanan kemanusiaannya kuat kepada public dilihat sebagai tanda dari sebuah masyarakat yang beradab.
b.      Paham ‘new right’ neoliberalisme (rasionalisme ekonomi) dan privatisasi.
Pendekatan ini bertujuan membongkar struktur – struktur Negara yang diperuntukan bagi provisi layanan public, dan menggantinya dengan kegiatan sector swasta yang dikendalikan oleh pasar. Hal ini berada dalam keyakinan bahwa pasar, dengan sedikit atau tanpa regulasi adlah mekanisme terbaik untuk provisi layanan – layanan kemanusiaan, karena hal ini memksimumkan efisiensi, mendorong kompetisi dan memaksimumkan pilihan individual dan akuntabilitas kepada konsumen.
c.       Manajemen public yang baik.   
Hal ini muncul dari keyakinan bahwa sector pablik sangat tidak efisien dan membutuhkan perombakan besar.
d.      Korporatisme.
Pendekatan korporatis cenderung memecahkan penghalang – penghalang tradisional antara provisi swasta dan public seperti pada manajemen public yang baru, departemen – departemen pemerintahan didorong untuk menyamai atau melebihi sector swasta (korporatisasi) dalam hal struktur, praktik manajemen, pemasaran layanan, kewiraswastaan, dan kebijakan ketenagakerjaan. Pendekatan ini dapat mengarah kepada pembentukan badan – badan yang tidak dapat dengan jelas ditetapkan sebagai public atau swasta, bergantung pada pendanaan baik dari Negara maupun pasar, dengan akuntabilitas baik kepada pemeritah maupun kepada independen.
e.       Tanggapan sosialis.
Penulis dengan perspektif yang lebih Marxis memandang krisis Negara kesejahteraan ini sebagai suatu manifestasi dari krisis dalam kapitalisme. Negara kesejahteraan dilihat telah tumbuh beriringan dengan sistem kapitalis, sebagai bagian integral, dan sebagai mekanisme esensial untuk memelihara orde kapitalis.
2.      Ketidakcukupan Tertentu Dari Tanggapan Paham Paham Arus Utama Dan Sosialis.
Kesulitan menghadapi kritik bahwa struktur – struktur birokrasi yang besar dan terpusat, yang merupakan konskuensi dari suatu sistem Negara kesejahteraan yang tak dapat dihindari, tidak efektif dan tidak efisien dalam memberi layanan kemanusiaan, dan bahwa struktur – struktur tersebut justru mendehumanisasi, mengucilkan dan melemahkan mereka yng maksudnya dilayani. Selain itu, lemahnya landasan teoritis dari pendekatan demokrasi sosial terhadap kesejahteraan telah membuat para pembela Negara kesejahteraan terbuka untuk diserang baik dari kanan maupun kiri; disini dapat dkemukaan argumentasi bahwa hanya pada era consensus paska perang landasan – landasan ideology Negara kesejahteraan dapat tetap utuh, dan consensus ini telah lama tiada.
Pasar bebas cenderung memperburuk, bukan mengurangi ketidakadilan sosial dan ekonomi, dan atas nama kompetisi dan individualisme, pasar bebas meniadakan nilai – nilai kepedulian, solidaritas sosial, kohesi dan komunitas.


3.      Bahaya ‘New Right’ dan Korporatisme
Bahaya ‘New Right’ dan Korporatisme adalah penting bagi pekerja pengembangan massyarakat untuk menyadari adanya bahaya-bahaya ini, karena hal ini merupakan aspek penting dari konteks kontemporer pengembangan masyarakat dan layanan-layanan berbasis masyarakat. Pada hakikatnya, bahaya-bahaya tersebut terletak pada transformasi neoliberalisme dari sumber daya sosial menjadi barang-barang privat yang diperjualbelikan.
4.      Visi-visi Terbatas dan Kebangkitan Individualisme
Erosi komunitas dan peningkatan konsentrasi kekuatan ekonomi global telah mendorong peningkatan individualisme, terutama dalam masyarakat Barat. Di sana, nilai ditempatkan pada individu dan capaian individual. Kegagalan berprestasi dikaitkan dengan kekurangan individual. Penghargaan kepada capaian individual memperkuat kompetisi di atas kooperasi. Kompetisi selanjutnya, melemahkan ikatan sosial dan cenderung menyingkirkan yang lain. Sikap menyalahkan individu membuat struktur- struktur yang tidak adil menjadi tidak tampak dan mendorong permusuhan,ketakutan dan kecurigaan terhadap mereka yang menyimpang dari norma dan mereka yang menjadi pesaing. Dominasi kompetisi dan dukungan sosial yang melemah yang menyertainya terjadi di banyak tingkat.  Bukan hanya kompetisi antarindividu menjadi lebih nyata, tetapi kebijakan pemerintah, seperti outsourching dan lelang pekerjaan yang kompetitif.
5.      Keberatan Mendasar.
Krisis dalam negara kesejahteraan adalah hasil dari sistem sosial, ekonomi dan politik yang tidak berkelanjutan, dan yang telah mencapai suatu titik krisis ekologis. Setiap tanggapan konvensional atas krisis dalam negara kesejahteraan adalah suatu yang dalam dirinya sendiri didasarkan atas asumsi-asumsi yang berorientasi pada pertumbuhan yang tidak berkelanjutan, dan oleh karena itu dirinya sendiri tidak berkelanjutan.
Keberatan terhadap tanggapan- tanggapan sosial politik tradisional atas krisis dalam negara kesejahteraan adalah yang bertujuan untuk mengembangkan suatu pendekatan alternatif kepada praktik dan kebijakan layanan kemanusiaan yang lebih konsisten dengan masyarakat berkelanjutan yang sejati. Maka dari itu pada tempatnya untuk mempertimbangkan kebenaran ini secara lebih rinci. Negara kesejahteraan telah tumbuh secara berdampingan dengan kapitalisme industri, dan harus dilihat sebagai bagian integral dari orde sosial, ekonomi dan politik yang ada. Jadi kapitalisme indutri modern tidak mungkin akan suatu bentuk negara kesejahteraan yang ada untuk memenuhi kebutuhan manusia, untuk memelihara kestabilan  dan keamanan dan untuk membuat para pekerja tetap sehat, bahagian dan cukup terdidik sehingga proses-proses pekerja tetap produksi dan reproduksi dapat dipertahankan.
Analisis tersebut memberikan arti bahwa negara kesejahteraan harus dilihat dalam konteks, dan tidak terpisah dari kapitalisme industri lanjut. Kapitalisme industri dalam bentuknya sekarang tidak dapat tetap hidup tanpa suatu bentuk negara kesejahteraan, maka yang sewajarnya adalah bahwa negara kesejahteraan dalam bentuknya sekarang tidak dapat tetap hidup tanpa orde ekonomi kapitalisme industri di mana negara kesejahteraan itu berkembang. Dari perspektif ini, krisis dalam negara kesejahteraan tidak dapat secara memuaskan diselesaikan dengan menggunakan salah satu dari empat strategi yang diuraikan yaitu sistem sosial, ekonomi dan politik yang berorientasi pertumbuhan yang ada sekarang di dalam negara kesejahteraan berada, jelas tidak berkelanjutan dalam segala hal kecuali dalam rentang waktu yang sangat pendek. Dengan berubahnya struktur masyarakat sebagaimana dari perspektif ekologis mereka harus berubah, berbagai struktur dan layanan yang berbeda untuk secara lebih adil memenuhi kebutuhan manusia haruslah dikembangkan. Negara kesejahteraan bukanlah suatu perlengkapan tetap yang permanen, dan juga bukan suatu komponen alamiah dari peradaba manusia.
B.     Layanan Berbasis Masyarakat Sebagai Suatu Alternativ.
Terjadi peningkatan minat pada program – program berbasis masyarakat sebagai sebuah modal alternative untuk menyampaikan layanan – layanan kemanusiaan untuk pemenuhan kebutuhan – kebutuhan manusia secara adil (Shragge, 1990 ; ife, 1993 ;Ewalt, Freeman dan Poole, 1998 ; Frellin, 2001). Sesudah keluarga, gereja, pasar dan Negara sekarang mungkin giliran ‘komunitas’ yang memikul tanggung jawab utama untuk menyampaikan provisi layanan – layanan dala bidang seperti kesehatan,pendidikan, perumahan dan kesejahteraan. Pada pandangan pertama tampak bahwa suatu pendekatan berbasis masyarakat kepada layanan – layanan kemanusiaan adalah konsisten dengan gagasan dari suatu sistem ‘negara paska kesejahteraan’ yang didasarkan pada prinsip – prinsip keberlanjutan.
1.      Berbagai Masalah Pendekatan Konvensional Pada ‘Layanan Berbasis Masyarakat’.
a.       Mengurangi komitmen kepada kesejahteraan.
Pemerintah bermaksut memotong biaya, sering kali lebih mudah mengurangi pendanaan untuk program – program berbasis masyarakat daripada pendanaan untuk layanan untuk layanan setara yang dilakukan oleh Negara. Hal ini karena keputusan yang sulit untuk mengurangi layanan yang dibuat pada tingkat masyarakat, biasanya oleh sebuah panitia pengelolaan local. Sehingga pengurngan itu tidak mudah terlihat sebagai kesalahan pemerintah, walaupun itu merupakan akibat langsung dari pengurangan dana pemerintah.
b.      Privatisasi tersembunyi.
Hal ini dapat mengakibatkan sebuah proyek berbasis masyarakat menjadi dioperasikan oleh suatu filosofi yang digerakkan oleh pasar dengan tujuan maksimalisasi keuntungan – bukan memenuhi kebutuhan manusia.
c.         Keluarga.
Kecenderungan tersebut terutama terlihat dalam bidang ‘perawatan oleh masyarakat’ bagi mereka yang tidak sanggup mandiri. Hal ini sering kali tidak berarti bahwa sebentuk masyarakat otonomus local akan menerima tanggung jawab untuk perawatan seseorang (sebagaimana akan terjadi pada sistem berbasis masyarakat yang sejati) tetapi bahwa orang yang bersangkutan akan dirawat ‘dalam masyarakat’ oleh para anggota keluarganya, biasanya perempuan.
d.      Gender.
Suatu perubahan kepada layanan berbasis masyarakat dapat membebani perempuan secara tidak proporsional, baik karena peran tradisional mereka sebagai pemelihara primer dan karena lebih tingginya tingkat partisipasi mereka, disbanding dengan lawan jenisnya, dalam sector masyarakat.
e.       Tirani lokalitas.
Suatu pendekatan berbasis masyarakat dapat dilihat sebagai pembatasan orang pada komunitas mereka ketika mereka mungkin lebih senang mencari layanan ditempat lain, baik karena keyakinan bahwa layanan yang lebih baik tersedia dilokasi lainatau karena suatu harapan untuk hadir secara anonim dan suatu keinginan untuk menghindari gosip dan tetangga yang ikut campur.
f.       Ketidaksetaraan lokasional.
Karena beberapa masyarakat mempunyai sumber daya lebih baik daripada yang lainnya, suatu perpindahan kepada pendekatan berbasis masyarakat dapat benar – benar memperkokoh ketidaksetaraan yang ada antar masyarakat, sering kali berdasar atas kelas. Masyarakat dengan sumber daya yang lebih baik akan mampu menyediakan tingkat – tingkat layanan yang lebih tinggi, dan masyarakat yang tersingkir dapat menjadi semakin tersingkir oleh penolakan dukungan dari suatu pemerintahan pusat yang kuat.

C.    Unsur Yang Hilang: Pengembangan Masyarakat.
Terdapat sebuah entitas yang disebut ‘komunitas’ yang menjadi dasar dari layanan kemanusiaan yang dibangun diatasnya, asumsi ini bersifat problematis karena dalam masyarakat barat kontemporer terjadi kebangkitan individualisme dan tidak ada struktur komunitas yang kuat.
1.      Janji komunitas.
Walaupun banyak persoalan yang berkaitan dengan pengembangan masyarakat, dan banyak factor dalam masyarakat industry modern yang menentangnya, gagasan komunitas tetap memiliki kekuatan. Ia juga telah berperan sebagai sebuah visi yang kuat bagi masyarakat untuk bertindak dan membangun kembali masyarakat yang kuat.
2.      Modal sosial dan masyarakat madani.
Gagasan modal sosial adalah bahwa seseorang dapat melakukan investasi secara sosial sebagaimana secara ekonomis, dan bahwa modal ekonomis dari suatu masyarakat dapat bertambah, jika ini terjadi atas biaya modal sosial maka perolehan tersebut adalah semu.
Bagian dari membangun modal sosial adalah memperkuat ‘masyarakat madani’, masyarakat madani adalah istilah yang digunakan untuk struktur – struktur formal atau semiformal yang dibentuk masyarakat secara sukarela, dengan inisiatif mereka sendiri, bukan sebagai konskuensi dari program atau arahan tertentu dari pemerintah.
3.      Kebutuhan Akan Orang Asing.
Dengan adanya transformasi dari Gemeinschaft ke Gesellschaft layanan kemanusiaan, seperti interaksi sosial lainnya telah menjadi dasar atas hubungan – hubungan instrumental, dimana pemberi layanan dan pengguna layanan saling mengenal hanya sebatas peran tertentu saja. Akhir-akhir ini, layanan kemanusian telah dengan semangat menganut menejemen kasus sebagai sesuatu bentuk pemberian layanan. Hal ini merupakan contoh peran-peran instrumental dari pemberian dan pengguna layanan dan mewakili hubungan-hubungan instrumental yang paling mencolok  dan dramatis yang pernah di saksikan.
Bahkan namanya menghindarkan rasa hubungan kemanusian, layanan menjadi pengendali satu kasus. Dari pendekatan yang tadinya memenuhi kebutuhan tetangga, kita telah beralih kesuatu sistem yang  didasarkan atas memenuhi kebutuhan orang asing, sebagai mana diuraikan oleh sejumlah penulis Titmuss 1970; Wilensky dan Lebeaux, 1965, Watson 1980, Ignatieff, 1984. Ini adalah perubahan yang mendasar dan membutuhkan suatu justifikasi moral yang berbeda, prinsip etis yang lain, dan diatas segalanya.
Ideal dari nagara kesejahteraan yang sosial demokratis adalah menerima superioritas dari model kebutuhan orang asing untuk beberapa alasan :
1)      Standar minimum yang cukup.
Tujuan dari mencapai standar – standar minimum yang cukup (dalam kesehatan, perumahan, pendidikan, keamanan pendapatan dsb) terletak pada dua asumsi : yaitu bahwa pencapaian standar minimum yang cukup dan seragam adalah mungkin, dan bahwa hal itu diinginkan. Kedua asumsi ini dapat dipermasalahkan.
2)      Keadilan sosial.
Devinisi keadilan sosial adalah sebuah pertanyaan sulit, akan tetapi apapun devinisinya tidaklah mudah membuat alasan yang kuat untuk melanjutkan pendekatan kebutuhan orang asing didasarkan atas keadilan sosial. Dikemukakan oleh Le Grand (1982) adalah suatu kesalahan untuk menciptakan sebuah masyarakat yang lebih adil, diperlukan lebih banyak lagi perubahan structural, dan Negara kesejahteraan benar – benar hanya dapat memperbaiki akibat – akibat terburuk dari ketidakadilan struktural.
3)      Imparsialitas.
Konsep ideal dari imparsialitas belum dapat dicapai oleh Negara kesejahteraan modern, dan parsialitas yang tak terhindarkan telah mengakibatkan pembedaan tingkat akses kepada layanan dan beragam kualitas layanan, perbedaan – perbedaan ini telah cenderung memperkuat ketidaksetaraan dalam kelas, ras, dan gender.
4)      Kerahasiaan.
Sebagaimana jaringan komunikasi yang besar ini, ada kecenderungan bagi para pekerja untuk bergosip, dan terjadi juga tak terhindarkan pelanggaran keamanan, kesalahan penempatan dokumen. Jadi asumsi kerahasiaan tidak dapat dibuat pada urusan – urusan seseorang dengan Negara kesejahteraan, dan memberi tahu kebutuhan dan masalah – masalah seseorang.
5)      Anonimitas. 
Layanan – layanan yang menjamin anonimitas hanya cenderung untuk menjadi depersonalisasi, dan suatu preferensi untuk anonimitas hanya masuk akal dalam sebuah masyarakat yang berbagai masalahnya dilihat sebagai urusan pribadi, dan yang interaksi sosialnya melewati hubungan – hubungan instrumental yang terkotak-kotak di lihat sebagai penyimpangan atau berbahaya. Anonimitas dalam Negara kesejahteraan bukan sebuah alasan untuk mempertahankan model kebutuhan – kebutuhan orang asing, tetapi dianggap sebagai sebuah alasan kuat untuk mencari alternatif yang lebih berbasis-masyarakat
6.      Akuntabilitas
Iklim rasionalisme ekonomi dan manajerialisme yang ada sekarang hanya mayoriti satu arah dari akuntabiritas_yaitu,akuntabilitas ‘ke atas’ kepada menejemen.  Yang lebih penting lagi, perspektif ini adalah akuntabilitas ‘kebawah’ kepada penguna layanan atau ‘ke luar’ kemasyarakat.negara kesejahteraan mungkin cukup efektif dalam memastikan akuntabilitas kebawah dan keluar; faktanya strukturnya sendiri menghalangi-halangi hal ini.





Welcome to My Blog

Popular Post

Blogger templates

Diberdayakan oleh Blogger.

Pages - Menu

Blogger templates

Blogger templates

- Copyright © CURUG LAWE -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -